Selasa, 13 September 2011

Apa perlu bersholawat

31 Perlunya bersholawat

Perintah Bershalawat kepada Nabi saw dan Keluarganya

QS Al-Ahzab :56 Allah swt berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىّ‏ِ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi; wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya.” (Al-Ahzab/33: 56)
Ulama dari kalangan mazhab Ahlul bait (as) sepakat bahwa ayat ini diturunkan untuk menegaskan hak Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (as), yaitu perintah bershalawat kepada mereka dan cara bershalawat. Ulama Ahlussunnah juga sepakat kecuali hanya beberapa penulis.

Cara bershalawat dalam shahih Bukhari, kitab doa, bab bershalawat kepada Nabi saw:
Abdurrahman bin Abi Layli berkata: Ka’b bin Ujrah menemui aku lalu berkata: Tidakkah kamu diberi hadiah? Nabi saw datang kepada kami, lalu kami berkata: Ya Rasulallah, engkau telah mengajari kami cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: Kalian ucapkan:

اللهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد، كما صلّيت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللّهمّ بارك على محمّد وعلى آل محمّد، كما باركت على إبراهيم إنك حميد مجيد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Dalam Shahih Bukhari, kitab tafsir, bab ayat ini : Abu Said Al-Khudri berkata, kami berkata: Ya Rasulallah, ini adalah cara mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: kalian ucapkan:

اللّهمّ صلّ على محمّد عبدك ورسولك كما صلّيت على آل إبراهيم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim.

Shahih Muslim, kitab shalawat kepada Nabi saw sesudah tasyahhud:
Abu Mas’ud Al-Anshari berkata: Rasulullah saw pernah mendatangi kami ketika kami berada di majlis Sa’d bin Ubadah. Kemudian Basyir bin Sa’d berkata kepadanya: Allah Azza wa Jalla memerintahkan pada kami agar bershalawat kepadamu ya Rasulallah, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu? Lalu beliau diam sepertinya beliau menghendaki kami tidak bertanya tentang hal itu. Kemudian beliau bersabda: Kalian ucapkan:

اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صليت على آل إبراهم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين إنك حميدٌ مجيد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi keluarga Ibrahim di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Sunan An-Nasa’i 1/190, bab 52, hadis ke 1289:Musa bin Thalhah dari ayahnya, ia berkata: kami berkata, ya Rasulallah, bagaimana cara bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: Kalian ucapkan:

اللّهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia; berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Sunan An-Nasa’i 1: 190, bab 52, hadis ke 1291:
Musa bin Thalhah berkata, aku bertanya kepada Zaid bin Kharijah, ia berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: Bershalawatlah kalian kepadaku dan bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdoa, dan kalian ucapkan:

اللّهم صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Shahih Ibnu Majah 65, kitab shalat, bab shalawat kepada Nabi saw, hadis ke 906:
Abdullah bin Mas’ud berkata: Jika kalian bershalawat kepada Rasulullah saw, hendaknya kalian memperbaiki shalawat kepadanya, karena kalian tidak tahu kalau shalawat itu hukumnya wajib. Lalu dikatakan kepadanya: ajarkan kepada kami (tentang cara bershalawat). Ia berkata: kalian ucapkan:

اللهم اجعل صلاتك ورحمتك وبركاتك على سيد المرسلين. اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد ، اللهم بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

Ya Allah, curahkan shalawat-Mu, rahmat-Mu dan keberkahan-Mu kepada penghulu para Rasul. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

Fathul Bari 13: 441, kitab doa, bab 32, hadis ke 6358:
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang shalawat ini, pada hari kiamat aku akan menjadi saksi baginya dan memberi syafaat padanya:

اللهم صل على محمّد وعلى آل محمّد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم ، وترحم على محمّد وعلى آل محمّد كما ترحمت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sayangi Ibrahim dan keluarga Ibrahim.

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i) meriwayatkan dalam Musnadnya:
Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami bershalawat kepadamu? Nabi saw menjawab: kalian ucapkan:

اللّهم صل على محمد وآل محمد كما صليت على ابراهيم وبارك على محمد وآل محمد كما باركت على ابراهيم وآل ابراهيم، ثم تسلمون علي

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau sampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Kau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim; kemudian ucapkan salam kepadaku. (Musnad, jilid 2, halaman 97).

Ash-Shawa’iqul Muhriqah, hlm 144:
Ibnu Hajar meriwayatkan bahwa Ka’b bin Ujrah berkata: ketika ayat ini turun kami bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulallah, kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, tapi bagaimana cara bershalawat kepadamu. Nabi saw menjawab: kalian ucapkan:

اللّهم صل على محمد وآل محمد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat yang batra’ (puntung). Lalu para sahabat bertanya: Apa shalawat yang batra’ itu. Beliau menjawab: Kalian hanya mengucapkan:

اللّهم صل على محمد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad. Tetapi, hendaknya kalian mengucapkan:

اللّهم صل على محمد وآل محمد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Dalam tafsirnya Al-Qurthubi menyebutkan beberapa riwayat bahwa ayat ini adalah keharusan menyertakan Ahlul bait ketika bershalawat kepada Nabi saw. (Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an 14: 233 dan 234).

Ibnul Arabi Al-Andalusi Al-Maliki juga menyebutkan beberapa riwayat bahwa ayat ini diturunkan untuk menegaskan hak Nabi saw dan keluarganya yang suci (as). (Ahkamul Qur’an 2: 84).

Jabir (ra) berkata: Sekiranya kamu melakukan shalat dan tidak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, maka aku tidak melihat shalatnya diterima. (Dzakhairul Uqba:19).

Al-Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan dalam Asy-Syifa’, dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat dan dalam shalatnya tidak membaca shalawat kepadaku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Ghadir 2: 303).

Ibnu Hajar mengatakatan: Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat dan dalam shalatnya tidak membaca shalawat kepadaku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.” (Ash-Shawaiqul Muhriqah: 139).

Ar-Razi mengatakan: Doa untuk keluarga Nabi saw menunjukkan keagungan kedudukan mereka, karena doa ini ditempatkan di akhir Tasyahhud dalam shalat, yaitu: Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa âli Muhammad, warham Muhammadan wa âla Muhammad (Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan sayangi Muhammad dan keluarga Muhammad). Pengagungan ini tidak akan didapatkan pada selain keluarga Muhammad. Hal ini menunjukkan bahwa mencintai keluarga Muhammad adalah wajib. Keagungan kedudukan Ahlul bait Nabi saw terdapat dalam lima hal: Tasyahhud dalam shalat, salam, kesucian, diharamkannya sedekah bagi mereka, dan kewajiban mencintai mereka. (Tafsir Ar-Razi 7: 391).

Hadis-hadis tersebut dan yang semakna juga terdapat dalam:

1. Shahih Bukhari, jilid 6, halaman 12.

2. Asbabun Nuzul, Al-Wahidi, halaman 271.

3. Ma’alim At-Tanzil, Al-Baghawi, catatan pinggir Tafsir Al-Khazin, jilid 5, halaman 225.

4. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 148.

5. Tafsir Fakhrur Razi, jilid 25, halaman 226.

6. Al-Hafizh Abu Na’im Al-Isfahani, Akhbar Isfahan, jilid 1, halaman 131.

7. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khathib, Tarikh Baghdad, jilid 6, halaman 216.

8. Ibnu Abd Al-Birr Al-Andalusi, Tajrid At-Tamhid, halaman 185.

9. Tafsir Ruh Al-Ma’ani, Al-Alusi, jilid 22, halaman 32.

10. Dzakhairul Uqba, Muhibuddin Ath-Thabari, halaman 19.

11. Riyadhush Shalihin, An-Nawawi, halaman 455.

12. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, halaman 506.

13. Tafsir Ath-Thabari, jilid 22, halaman 27.

14. Tafsir Al-Khazin, jilid 5, halaman 226.

15. Ad-Durrul Mantsur, As-Suyuthi, jilid 5, halaman 215.

16. Fathul Qadir, Asy-Syaukani, jilid 4, halaman 293.

Shalat tidak akan diterima tanpa shalawat, riwayat yang menerangkan ini terdapat dalam Sunan Al-Baihaqi 2: 379, kitab shalat, bab 471, hadis 3968, sebagai berikut : Abu Mas’ud berkata: Sekiranya aku melakukan shalat tanpa bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, niscaya aku memandang shalatku tidak sempurna.

Dalam Sunan Ad-Daruquthni 136, kitab shalat, bab kewajiban shalawat dalam tasyahhud, hadits ke 6: Ibnu Mas’ud berkata bahwa Rasululah saw bersabda:

من صلى صلاة لم يصل فيها عليّ ولا على أهل بيتي لم تقبل منه

“Barangsiapa yang melakukan shalat, dan di dalamnya tidak bershalawat kepada ku dan Ahlul baitku, maka shalatnya tidak diterima.”

Dalam Dzakhair Al-‘Uqba 19, bab Fadhail Ahlul bait (sa):Jabir berkata: Sekiranya aku melakukan shalat, dan di dalamnya aku tidak bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, niscaya aku memandang shalatku tidak diterima.

Dalam Syarah Al-Mawahib halaman 7, Imam Syafi’i berkata :

يا آل بيت رسول الله حبكم فرض من الله في القرآن أنزله

كفا كم من عظيم القدر انكم من لم يصل عليكم لا صلاة له

Wahai Ahlul bait Rasulullah,mencintaimu diwajibkan oleh Allah dalam Al-Qur’an yang diturunkanCukuplah keagungan kedudukanmu orang yang tidak bershalawat kepadamu (dalam shalatnya) shalatnya tidak sah.

Perkataan Imam Syafi’i tersebut juga terdapat dalam:1. Musnad Ahmad, jilid 6 halaman 323.2. Ash-Shawaiqul Muhriqah, Ibnu hajar, halaman 88.3. Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn Al-Abshar, Asy-Syablanji, halaman 104, bab 2 manaqib Al-Hasan dan Al-Husayn.

Doa tidak akan diijabah tanpa shalawatDalam Kanzul Ummal 1: 173, pasal 2 Adab Doa : Tidak ada suatupun doa kecuali ada hijab (penghalang) antara doa itu dan Allah sehingga dibacakan shalawat. Ketika shalawat dibacakan, maka robeklah hijab itu dan sampailah doa itu kepada Allah swt. Dan jika tidak dibacakan shalawat, maka kembalilah doa itu.Pernyataan ini diriwayatkan oleh Ad-daylami dari Ali bin Abi Thalib (as).

Dalam Ash-Shawaiq Al-Muhriqah haaman 88:Ad-Daylami meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

الدعاء محجوب حتى يُصلّى على محمّد وأهل بيته ، اللّهم صلِّ على محمّد وآله

“Doa itu akan terhijab sampai dibacakan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya, yaitu: Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.”

Dalam Faydh Al-Qadhir 5: 19, hadis ke 6303:Ali bin Abi Thalib (as) berkata:

كل دعاء محجوب حتى يُصلّى على محمّد وآل محمّد

“Semua doa akan terhalangi sehingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.”

Al-Haitsami mengatakan: Tokoh-tokoh hadis tersebut dapat dipercaya.Al-Muttaqi Al-Hindi juga menyebutkan dalam kitabnya Kanzul Ummal 1/314, mengutip dari Ubaidillah bin Abi Hafsh Al-‘Aysyi. Abdul Qadir Ar-Rahawi menyebutkan dalam Al-Arbain, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, Al-Baihaqi dalam Syu’b Al-Iman.

Dalam Faydh Al-Qadir 3: 543: Abu Syaikh meriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata :

الدعاء محجوب عن الله حتى يصلّى على محمّد وأهل بيته

“Doa itu akan terhijabi dari Allah sehingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan Ahlul baitnya.”

Hadis ini juga diriwayatkan Al-Baihaqi dari Asy-Sya’b, At-Tirmidzi dari Ibnu Umar.

Dalam Kanzul Ummal 1: 181:Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): Jika disedihkan oleh suatu persoalan, maka bacalah:

اللّهم احرسني بعينك التي لا تنام، واكنفني بكنفك الذي لا يرام. أسألك أن تُصلّي على محمّد وعلى آل محمّد، وبك أدرأ في نحور الأعداء والجبابرة

“Ya Allah, jagalah daku dengan mata-Mu yang tak pernah tidur, dan jagalah daku dengan benteng-Mu yang tak pernah hancur. Aku bermohon pada-Mu sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dengan-Mu aku berlindung dari permusuhan musuh-musuhku dan orang-orang yang sombong.”

Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as) adalah keluarga Nabi saw . Dalam Musnad Ahmad 6: 324, hadis ke 26206:Ummu Salam berkata bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Fatimah (as): “Bawalah kepadaku suamimu dan kedua anakmu.” Kemudian Fatimah (as) bersama mereka datang kepada Nabi saw. Lalu beliau memayungi mereka dengan kain kisa’ dan meletakkan tangannya pada mereka, lalu bersabda:

اللّهم إن هؤلاء آل محمّد ، فاجعل صلواتك وبركاتك على محمّد وعلى آل محمّد إنّك حميد مجيد

“Ya Allah, sesungguhnya mereka adalah keluarga Muhammad, curahkan shalawat-Mu dan keberkahan-Mu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.”Ummu Salamah berkata: Kemudian aku mengangkat kain kisa’ itu untuk berkumpul bersama mereka, kemudian Nabi saw menarik kain kisa’ itu (melarang masuk ke dalam kain kisa’) dan bersabda: “Engkau adalah orang yang baik.”

Dalam Mustadrak Al-Hakim 3: 147, kitab ma’rifah Shahabah:Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib berkata: Ketika Rasulullah saw melihat rahmat Allah turun, beliau bersabda: “Datangkan padaku, datangkan padaku.” Shafiyah bertanya: Siapa yang Rasulallah? Beliau menjawab: “Ahlul baitku, yaitu Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husayn.” Lalu mereka datang kepada Nabi saw, kemudian beliau memayungi mereka dengan kain kisa’, kemudian berdoa dengan mengangkat tangannya:

اللّهمّ هؤلاء آلي ، فصلِّ على محمّد وعلى آل محمّد

“Ya Allah, mereka adalah keluargaku, curahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.” Kemudian Allah Azza wa jalla menurunkan surat Al-Ahzab: 33.Al-Hakim mengatakan hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim.

Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam :

1. Kanzul Ummal, Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 7 halaman 103, bab Fadhail Ahlul bait, hadis ke 37629.

2. Musykil Al-Atsar, Ath-Thahawi, jilid 1 halaman 334.

3. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang surat Al-Ahzab: 33.

4. Musnad Ahmad, jilid 6 halaman 296.

5. Majma’ Az-Zawaid, Al-Haitsami, jilid 9 halaman 167, bab keutamaan Ahlul bait (as).

Larangan shalawat batra’ (terputus)

Shalawat ba’tra’ adalah shalawat yang tidak menyertakan keluarga Nabi saw dalam bershalawat kepadanya. Dalam Ash-Shawaiq Al-Muhriqah 87, bab 11:Ibnu Hajar berkata bahwa Nabi saw bersabda: “Janganlah kalian bershalawat kepadaku dengan shalawat batra’.” Kemudian sahabat bertanya: Apakah shalawat batra’ itu? Nabi saw menjawab: Kalian hanya mengucapkan:

اللّهم صلِّ على محمّد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad. Tetapi hendaknya kalian mengucapkan:

اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.

Di sini terdapat hal yang mengherankan: Mengapa umumnya ummat Islam bershalawat kepada Nabi saw dengan shalawat batra’ yaitu Shallallahu ‘alayhi wa sallam (semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada Muhammad). Padahal para ulama dan para imam ahli hadis dari Ahlussunnah telah meriwayatkan hadis-hadis bahwa doa itu tidak diijabah tanpa bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, shalat tidak diterima tanpa bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, cara bershalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan hadis-hadis bahwa Nabi saw melarang bershalawat dengan shalawat batra’ (yang terputus).

Senin, 12 September 2011

Khasiat Sholawat Basyairul Khairat

Khasiat Shalawat Basyairul Khairat.SajjadDuroodThuluth

Diriwayatkan dari Syaikhul Ummah, Imamul A’immah, pemimpin para wali, Quthub dari semua Quthub, Sayyidi Abdul Qadir al-Jaelani, bahwa beliau berkata kepada salah seorang sahabatnya :
“Terimalah shalawat ini dariku, karena aku menerimanya melalui ilham dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, lalu aku menunjukkannya kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Aku hendak menanyakan kepada beliau mengenai manfaat khusus shalawat tersebut, namun beliau menjawab sebelum aku menanyakannya. Beliau berkata kepadaku :
“Shalawat ini mempunyai manfaat khusus yang begitu dahsyat untuk diperhitungkan. Ia mengangkat orang yang mengamalkannya ke derajat yang amat tinggi, dan menjadikan mereka mencapai tujuan yang paling jauh. Bila seseorang menggunakan shalawat ini untuk mencapai maksud tertentu, maka dia tidak akan kecewa. Cita-citanya tidak akan gagal dan doanya tidak akan ditolak. Bila seseorang membacanya, meski hanya sekali atau membawanya, Allah akan menganugerahkan ampunan-Nya kepada orang itu dan kepada orang yang pergi bersamanya. Bila ajalnya tiba, empat orang malaikat rahmat akan hadir di sampingnya. Malaikat pertama akan menjaganya dari setan. Malaikat kedua akan akan membimbingnya mengucapkan kalimat syahadat. Malaikat ketiga memuaskan dahaganya dengan secangkir air dari telaga Al-Kautsar. Malaikat keempat akan membawa bejana emas yang penuh dengan buah-buahan surga, memberinya kabar gembira tentang menghuni surga, dan berkata kepadanya : ”Berbahagialah wahai hamba Allah!” lalu ia akan melihat-Nya dan memandang-Nya dengan matanya, sebelum ruhnya terpisah.
”Ia akan memasuki kuburnya dengan rasa aman, senang, dan bahagia, dan ia tidak akan merasa kesepian dan kesempitan di dalamnya. Empat puluh pintu rahmat akan terbuka baginya dan darinya terpancar cahaya. Saat ia bangkit pada hari kebangkitan kelak, malaikat akan memberinya berita gembira dari sebelah kanannya, dan malaikat lainnya akan menenteramkan hatinya dari sebelah kirinya. Ia akan diberi dua pakaian yang indah, dan seekor kuda jinak akan dibawakan untuknya sebagai tunggangan. Tak ada kesedihan dan penyesalan baginya, dan ia akan menjalani perhitungan yang mudah. Saat ia melewati jembatan neraka, apinya akan berkata kepadanya : ” Cepatlah berlalu, wahai hamba Allah yang bebas!Aku dilarang untuk menyentuhmu.”
”Ia akan memasuki surga Firdaus bersama nenek moyang mereka yang saleh, dan di dalam surga ia akan diberi empat puluh kubah dari perak. Setiap kubah akan berisi sebuah istana dari emas, dan di setiap istana ada seratus ruangan dari cahaya. Di setiap ruangan terdapat dipan tinggi yang terbuat dari kain sutera, dan di atas dipan sutera itu ada bidadari dengan mata yang indah. Tubuhnya terbuat dari wewangian yang amat harum, seolah ia bulan di saat malam purnamanya. Lalu ia akan diberi sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.”

Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa saat malam isra’ mi’raj,

Allah saw berfirman : “Bumi ini milik siapa wahai Muhammad ?

Beliau menjawab : “Milik-Mu wahai Tuhanku.

Kemudian Allah swt berfirman : “Lapisan-lapisan alam ini milik siapa wahai Muhammad ?

Beliau menjawab : “Milik-Mu wahai Tuhanku .

Kemudian Allah swt berfirman : “Al-Kursi milik siapa wahai Muhammad ?

Beliau menjawab : Milik-Mu wahai Tuhanku.
Kemudian Allah swt berfirman : ” Engkau milik siapa wahai Muhammad ? maka pada saat itu Nabi saw bersujud.

Beliau malu untuk mengatakan sesuatu, maka Allah yang Maha Agung berfirman : “Engkau adalah milik orang yang bersholawat atas dirimu, maka bertambahlah kemuliaan dan keagungan Beliau“.
Berkata Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani ; “Sholawat inilah yang sesuai dengan hadist tersebut. Sesungguhnya sholawat ini membuka tujuh puluh pintu rahmat, menampakkan keajaiban-keajaiban dari jalan surga, lebih baik daripada memerdekakan seribu budak, berkorban seribu onta, bersedekah dengan seribu dinar, berpuasa seribu bulan. Tersimpan didalamnya rahasia, memudahkan datangnya rezeki, menjadikan budi pekerti luhur, terkabulnya hajat, terangkatnya derajat, terhapusnya dosa-dosa, tertutupnya aib dan noda, serta menjadikan mulia orang yang hina”.
“Jika si pembaca dihadapkan kepada suatu masalah, maka setiap satu sholawat akan menjadi wasilah di sisi Nabi saw yang mulia, dan setiap satu ayat akan menjadi syafaat untuknya di sisi Allah. Dia sholawatnya para Mushollin, nasehat bagi mereka yang mau menerima nasehat dan wasilah bagi orang-orang yang bertawassul”.
Inilah sholawat dengan Al-Qur’an yang mulia, aku berikan nama “BASYAIRUL KHOIROT ( Kabar gembira tentang berbagai kebaikan).


Untuk mendownload klik di sini  atau link di bawah ini :
DOWNLOAD !!!!!

Kamis, 08 September 2011

Seorang Muslim Yang Baik

 قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw : “Orang muslim yang baik adalah yang muslim lainnya aman dari ganguan ucapannya dan tangannya, dan orang yang Hijrah (tergolong kelompok Muhajirin) adalah yang meninggalkan apa apa yang dilarang Allah" ((Shahih Bukhari)

Image

بسم الله الرحمن الرحيم حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (صحيح البخاري

Hadits ini memiliki makna yang sangat luas, diantaranya bahwa seorang muslim yang sejati adalah muslim yang mana orang-orang muslim lainnya selamat dari perbuatan lidah dan tangannya. Dimana kejahatan lidah (mulut) tidak hanya terbatas dengan umpatan atau cacian, namun kejahatan lidah bisa juga dengan mengadudomba, memfitnah dan lainnya. Begitu pula kejahatan tangan tidaklah hanya terbatas dengan pukulan namun bisa juga disebabkan karena jabatan, kekuasaan, kekuatan, atau harta. Maka seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang ketika orang muslim lainnya selamat dari perbuatan (kejahatan) lidah dan tangannya, ia tidak mencelakai muslim yang lain dengan lidah atau tangannya. Akan tetapi makna yang lebih agung dari hadits ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh, bahwa seorang muslim yang baik adalah ketika orang muslim yang lain selamat karena lidah dan tangannya. Mungkin lidahnya (ucapan) yang berupa nasihat membuat orang lain selamat dari perbuatan jahat atau semisalnya , mungkin tangannya (perbuatannya) membuat orang lain selamat dari kejahatan atau musibah, seperti contoh ketika seseorang melihat orang faqir yang kesusahan kemudian ia mengumpulkan dana dari teman-temanya untuk membantu orang tersebut karena khawatir jika ia dibantu oleh orang lain yang memiliki kekuasaan atau kekuatan ia akan menghamba kepada orang yang membantu tersebut. Maka seorang muslim yang seperti ini adalah muslim yang sejati dimana telah menyelamatkan muslim lainnya dengan ucapan dan perbuatannya. Dan tidak ada yang lebih selamat di dunia dan di akhirah lebih dari sang pembawa keselamatan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan tidak satu pun makhluk yang dicipta Allah di segala penjuru barat dan timur dari golongan malaikat, jin atau manusia akan selamat jika bukan karena makhluk yang dicipta Allah yang mendapatkan bagian dari rahmat Allah, dan rahmat itu adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

(الأنبياء : 107 )

“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam”. (QS.Al Anbiyaa: 107)

Oleh karena itu berpeganglah erat pada rahmat itu, rangkullah keindahan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semakin kita dekat kepada Allah subhanahu wata’ala dengan kedekatan yang sebenarnya, maka kita pun akan semakin dekat dan cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan seluruh makhluk di alam semesta ini tunduk kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan izin Allah subhanahu wata’ala. Dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, suatu ketika seorang baduwi lewat dihadapan Rasulullah kemudian beliau bertanya: “wahai fulan, hendak kemanakah engkau?” dia menjawab : “pergi untuk bersilaturrahmi ke rumah si fulan”, maka Rasulullah shallallalhu ‘alaihi wasallam berkata: “Maukah engkau kuberi sesuatu yang lebih berharga daripada hal itu?”, orang baduwi itu berkata : “apa itu?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَإِنِّي مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله

“Engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku adalah Muhammad utusan Allah”

Kemudian orang baduwi itu bertanya : “apa yang akan aku dapatkan jika aku mengucapkannya, dan apa yang bisa membuktikan bahwa kalimat itu benar?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “lihatlah pohon yang sangat besar itu, hampirilah pohon itu dan katakan padanya : “wahai pohon! Engkau dipanggil oleh Muhammad”. Orang baduwi itu pun merasa ragu untuk menjalankan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dia menganggap hal yang mustahil terjadi, namun akhirnya ia melaksanakannya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Aku akan panggil pohon itu, namun jika pohon itu tidak mengikuti perintahmu maka akan kutebas lehermu”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “baik, lakukanlah”. Maka orang baduwi itu berjalan menuju pohon besar itu, dan ketika samapi didepan pohon itu ia berkata : “wahai pohon! engkau dipanggil oleh Muhammad”, maka dalam sekejap pohon itu pun mulai menarik akar-akarnya sehingga seluruh akarnya keluar dari dalam bumi lalu berjalan menuju kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pohon itu berkata :

السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Salam sejahtera atasmu wahai nabi serta rahmat dan keberkahan-Nya”

Melihat kejadian tersebut, orang baduwi itu terpaku antara sadar dan tidak karena telah melihat pohon yang sangat besar menyeret akar-akarnaya dari dalam bumi kemudian berjalan menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengucapkan salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka orang baduwi itu hendak menguji Rasulullah lagi dengan meminta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam agar memerintah pohon itu untuk kembali pada tempatnya, si baduwi itu mengira jika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya mampu memanggilnya saja, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memenuhi permintaan baduwi itu dan berkata : “wahai pohon! kembalilah engkau ke tempatmu!”, maka pohon itu pun menyeret semua akar-akarnya dan kembali ke tempatnya, seakan telah dibantu oleh bumi untuk kembali ke tempat asalnya. Kemudian orang baduwi itu berkata :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”

Hal yang seperti adalah hal yang sangat mudah bagi sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dalam peperangan Uhud ketika ada seorang sahabat yang terpotong tangannya oleh kaum musyrikin, maka ia datang kepada Rasulullah dengan membawa potongan tangannya dan berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “wahai Rasulullah tanganku terpotong oleh kaum musyrikin”, maka Rasulullah pun mengambil potongan tangan sahabat tersebut kemudian mengembalikannya pada semula sehingga sahabat tersebut dapat kembali berperang. Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi salah seorang sahabat yang berusia 40 tahun, lalu ia berkata : “wahai Rasulullah, doakanlah wajahku”, lantas Rasulullah mengusap wajahnya dan berkata: “Ya Allah perindahlah wajahnya”, akhirnya sahabat itu wafat dalam usia 80 tahun namun wajahnya seperti wajah anak berusia 15 tahun, hal-hal yang seperti itu merupakan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dahulu sayyidina Hassan bin Tsabit sering memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan syair-syairnya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah marah atas pujian-pujian tersebut. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah dan tidak menyukai pujian-pujian yang diucapkan oleh orang-orang munafik, sehingga di zaman sekarang hal ini digunakan sebagai dasar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka dipuji, padahal hal itu adalah dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak suka dipuji oleh orang munafik, mengapa? karena mereka (orang-orang munafik) hanya sekedar suka memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana ketika ada peperangan mereka para kaum munafik tidak mau ikut serta dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya, bahkan mereka para kaum munafik menginginkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dalam peperangan tersebut sehingga tidak kembali lagi, dan mereka memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah agar aman dan selamat dari pedang sayyidina Umar bin Khattab dan para pembesar kaum muslimin yang lainnya, maka hal itulah yang tidak disukai oleh Rasulullah karena pujian dan cinta mereka tidaklah sebenarnya.

Terdapat dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/nasyidah didepan kubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawi, maka ketika itu datanglah sayyidina Umar bin Khattab RA dan berkata : “wahai Hassan bin Tsabit, tidak adakah tempat lain untuk engkau membaca qasidah selain di tempat ini?”, maka sayyidina Hassan berkata: “Dahulu aku telah membaca qasidah di tempat ini dan ketika itu ada orang yang lebih mulia daripada engkau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakanku dengan berkata : “semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga bibirmu”, yang disaat itu ada Abu Hurairah ada bersama mereka ditanya oleh sayyidina Umar bin Khattab Ra : “Benarkah demikian wahai Abu Hurairah?” , maka Abu Hurairah menjawab dan membenarkan hal itu.
Dan setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pun masih banyak orang yang membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga abad ke-18 ini, jangankan membaca qasidah di makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke makam beliau pun dilarang.

Dahulu di masa seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan membaca qasidah di makam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya, setelah selesai membaca qasidah orang itu menemui syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya, beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah Al Munawwarah hingga sampai di rumah orang tersebut, sesampainya di dalam rumah orang tersebut memegangi syaikh Farazdaq dan berkata: “sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu”, maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata : “ambillah potongan lidahmu ini, dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad”, maka Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdoa : “Ya Allah jika shahib makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji nabi-Mu, namun jika Engkau dan nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”, beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata : “aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula, dan ketika syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya, beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu, dan sesampainya di rumah anak muda itu beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu beliau datangi lalu lidah beliau dipotong, anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata : “engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera”. Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

( الأعراف :166 )

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada : “mereka jadilah kalian kera yang hina”. ( QS. Al A’raf : 166 )

Kemudian anak muda itu berkata: “jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja”, maka syaikh Farazdaq berkata : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”, dan seketika itu pun Allah subhanahu wata’ala mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.
Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang suka memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena pujian kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berarti pula banyak mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalla, maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala.

وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

 

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa

Sumber : http://www.majelisrasulullah.org

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host