BAYAR HUTANG ATAU KELUARKAN ZAKAT
Seseorang mempunyai modal sepuluh juta rupiah. Untuk menambah modal tersebut ia berhutang sepuluh juta yang akan dilunasi pada akhir tahun. Setelah satu tahun berakhir uang hutangan tinggal sembilan juta.
a. Wajibkah ia mengeluarkan zakat?
b. Bila wajib mana yang didahulukan, membayar hutang ataukah mengeluarkan zakat?
Ia wajib mengeluarkan zakat karena sudah ada satu nishab walaupun merugi. Sedang yang didahulukan adalah mengeluarkan zakat.
(يَجِبُ أَدَاؤُهَا) أَيِ الزَّكَاةِ وَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ مُسْتَغْرِقٌ حَالٌّ للهِ أَوْ لآدَمِيٍّ فَلاَ يَمْنَعُ الدَّيْنُ وُجُوْبَ الزَّكَاةِ فِي اْلأَظْهَرِ [هامش اعانة الطالبين 2/175]
“Wajib mengeluarkan zakat meskipun mempunyai tanggungan hutang yang harus segera dibayar hingga menghabiskan hartanya, baik berhutang kepada Allah maupun kepada manusia. Hutang- hutang tersebut tidak bisa “ (I’anah al-Thalibin II/175)
(فَرْعٌ) تُقَدَّمُ الزَّكَاةُ وَنَحْوُهَا مِنْ تِرْكَةِ مَدْيُوْنٍ إلى أن قال كَمَا إِذَا اجْتَمَعَتَا عَلَى حَيٍّ لَمْ يُحْجَرْ عَلَيْهِ (قَوْلُهُ كَمَا) اَلْكَافُ لِلتَّنْظِيْرِ أَيْ وَذَلِكَ نَظِيْرُ مَا إِذَا اجْتَمَعَتَا أَيْ حُقُوْقُ اللهِ وَحُقُوْقُ اْلآدَمِيِّ عَلَى حَيٍّ لَمْ يُحْجَرْ عَلَيْهِ فَإِنَّ الزَّكَاةَ وَنَحْوَهَا تُقَدَّمُ فِيْ مَالِهِ الَّذِىْ ضَاقَ عَنْهُمَا [اعانة الطالبين 2/179]
“(Cabang). Mengeluarkan zakat dan semisalnya harus
didahulukan dari harta peninggalan orang yang berhutang sebagaimana ketika berkumpul hak Allah dan hak adami atas kewajiban seseorang yang masih hidup yang tidak mahjur alaih, dicegah pembelanjaan hartanya, maka zakat dan semisalnya harus didahulukan pada hartanya yang tidak bisa mencukupi kedua tanggungan tersebut”. (I’anah al-Thalibin II/179)
0 komentar:
Posting Komentar